Entri Populer

Minggu, 09 Januari 2011

INTERAKSI SENI PERTUNJUKKAN WAYANG DAN POLITIK (resuman teknik tari)

Pengantar dalam Isi Mengenai seni Pewayangan (Seni Pertunjukkan Wayang)
Di dalam masyarakat (Indonesia), produksi kesenian yang cukup tinggi nilainya ialah pewayangan yang diproduksi dan dikonsumsi oleh masyarakat sendiri. Dalam artian luasnya, seni tersebut lahir dan berkembang dalam masyarakat yang dilingkupi oleh berbagai system social. System social tersebut mempunyai pengaruh penting dalam membentuk suatu kreativitas seni khususnya pewayangan.
Fungsi Seni dalam konteks ini:
a. Fungsi primer
Dimana dalam fungsi primer ini, seni pewayangan menempatkan dirinya pada pencerahan jiwa manusia yang mendalam.
b. Fungsi sekunder
Sedangkan dalam fungsi ini ,seni pewayangan dijadikan kendaraan untuk mencapai tujuan tertentu yang dilakukan oleh pihak system social, khususnya terlihat pada jalur system politik.

Pada dasarnya, pihak elit penguasa ingin mencapai tujuan dengan cara praktis, yaitu mempergunakan media wayang untuk mempercepat pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat segmen menengah ke bawah. Jadi intinya yaitu mengindikasikan adanya keterlibatan dalang terhadap praktik perpolitikkan yang dilakukan para elit penguasa (dalang sebagai penyambung lidah para legitimator).
Adapun tujuan dari pembahasan ini adalah ingin memberikan gambaran tentang hubungan timbale balik antara seni pewayangan dan system kekuasaan, sehingga dapat diketahui dengan jelas bagaimana system kekuasaan berpengaruh terhadap seni pewayangan baik wujud maupun aslinya.
Segi Permasalahan:
a. Bagaimana intervensi system kekuasaan dalam seni pewayangan?
b. Bagaimana paradigma wayang dalam system kekuasaan di Negara Indonesia?


1) Intervensi Kekuasaan Dalam seni Pewayangan
Dari zaman kerajaan dulu hingga dewasa ini, kehidupan seni pewayangan dipengaruhi oleh system kekuasaan. Campur tangan yang kuat dari pihak penguasa terhadap seni ini ,dapat dilihat dari inisi yang disampaikan yakni bermuatan pesan-pesan politik penguasa.
Kekuasaan merupakan unsure pokok dari politik selain state, decisionmaking, policy, dan distribution. Kekuasaan ini diartikan sebagai kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang lain atau kelompok lain sesuaidengan keinginan dari pelaku (iniriam budiarjo 1972:9-10).
Seperti dikemukakan oleh Umar Kayam bahwa system kekuasaan merupakan suatu system yang paling berpengaruh bahkan membawahi dari berbagai system social yang menggerakan dinamika masyarakat termasuk dalam seni pertunjukkan wayang (1999:1).

Intervensi system kekuasaan terhadap seni pewayangan telah berjalan sejak masa kerajaan.
Pada zaman kerajaan islam, seni pewayangan dipakai sebagai alat dakwah oleh para penyebar agama Islam. Seperti sunan Kalijaga yang memanfaatkan seni peewayangan untuk menarik masyarakat agar berbondong-bondong untuk masuk Islam.
Pada zaman kerajaan Surakarta, wayang dipakai sebagai alat legimitasi raja. Bukti dari intervensi ini terlukis jelas pada janturan jejer (deskripsi alang pada adegan pertama) yan selalu mengungkapkan keadaan negara persis dengan keadaan Kraton Surakarta yang senyatanya.
Lakon wahyumakutarama, Wahyu Cakraningrat dan lain-lain jika kita lihat pada isinya sangat terkait erat dengan usha melegitimasi diri dari para penguasa kerajaan. Seperti halnya pada adegan dalam bangunan lakon wayang, seperti perang antara Sarapada dengan celeng atau macan. Peperangan ini menyiratkan maksud bahwa ada usaha orang jawa(disimbolkan sarapada- melawa belanda yang disimbolkan celeng/macan).
Darsiti Soeratman melukiskan bahwa symbol peperangan antara orang Jawa melawan Belanda dapat dilihat pada upacara rampongan , yakni adu banteng melawan harimau, yang pada akhrnya harimau mati dirajam prajurit yang mengelilingi arena tersebut(1998:165). ….. …,.., .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar